PUSAT PENJUALAN KAIN TENUN GEDOGAN KHAS SASAK
DESA PRINGGASELA KAB. LOMBOK TIMUR
Pringgasela adalah suatu desa yang juga menjadi
kota kecamatannya. Pringgesela berada di Kabupaten Lombok Timur, sekitar 50 km dari
kota Mataram. Desa Pringgasela adalah desa yang agraris, subur nan hijau. Di
ujung utaranya desa Pringgesela, nun jauh disana, terlihat Gunung Rinjani. Udara
dingin terasa saat saya memasuki desa Pringgasela, masih pagi dan segar terasa.
Bagi orang Lombok, atau pernah ke Lombok, pasti
tahu tentang Tenun atau Songket. Di Lombok, yang terkenal dengan Tenun atau
Songket adalah desa Sukarara (Lombok Tengah) dan dusun Sade (Lombok Tengah).
Tahukah kalian bahwa ada juga satu tenunan yang khas di Lombok? Ya, namanya Tenun Gedogan
Pringgasela. Gedogan dan Songket Pringgasela adalah salah satu tenunan dari
desa Pringgasela. Nama Songket dan Gedogan adalah nama salah satu kerajinan
tangan menenun (tenun) di Lombok.
Di Pringgasela, terdapat 2 (dua) jenis tenunan:
Songket dan Gedogan. Benang yang digunakan untuk kain tenun adalah dengan cara
dipintal dengan tangan dan penggunaan pewarnaannya masih menggunakan pewarna
dari pohon (kulit
kayu) sehingga bisa menghasilkan warna yang natural. Lantas bagaimana perbedaan
antara Gedogan dan Songket? Gedogan dan Songket terdapat perbedaan, dilihat dari
cara alat mesin pemintalnya dan maupun ukuran tenunannya. Saat saya mengunjungi desa
Pringgasela, saya melihat beberapa art shop yang menjual Songket namun tidak
terlihat ada Gedogan disitu. Saya kemudian memasuki satu art shop dan berbincang
dengan pemiliknya dan saya tanyakan mengapa tidak terlihat Gedogan di
Pringgasela. Pemilik art shop itu mengatakan bahwa agak susah untuk membuat
Gedogan, lebih rumit, lebih lama, dan harganya menjadi lebih mahal pula. Itu
mengapa tenun-tenun di Pringgesela lebih senang membuat tenunan (Songket).
Songket itu lebih kecil
ukurannya, tipis kainnya, benangnya banyak yg jual, harga produksinya menjadi
relatif murah. Sedang Gedogan; ukuran hasil kainnya lebar (seperti bad-cover),
tebal kainnya, benangnya jarang yang jual (bahkan beberapa penenunnya harus
memilin kapasnya dulu menjadi benang), dan otomatis harga jualnya pun menjadi
relatif mahal.
Hmm, beberapa waktu yang lalu,
Gedogan Pringgasela itu terkenal di Lombok. Namun sepertinya Gedogan itu,
pelan-pelan, mulai terkikis oleh Songket. Dan sepertinya karena itulah Mesin
Gedogan yang saya lihat di desa Pringgasela itu mangkrak
(terbengkalai), tidak digunakan lagi. Makanya guys, sering-seringlah membeli
(memesan) tenunan Gedogan Pringgesela, agar penenun-nya masih (terus)
berproduksi Gedogan